Rabu, 22 Mei 2013

MATERI KAS KECIL

Pengeluaran kas didalam prakteknya, tidak semua dapat dilakukan dengan menggunakan cek, karena untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil, sangat tidak efektif bila dilakukan dengan menggunakan cek. Untuk itu perusahaan biasanya membentuk suatu dana khusus yang disebut dengan dana kas kecil ( Petty Cash Fund ).

Soemarso ( 2004 ) mendefinisikan dana kas kecil sebagai berikut :
”sejumlah uang tunai tertentu yang disisihkan dalam perusahaan dan digunakan untuk melayani pengeluaran-pengeluaran tertentu. Biasanya pengeluaran-pengeluran yang dilakukan melalui dana kas kecil adalah pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya tidak besar, pengeluaran-pengeluaran lain dilakukan dengan bank ( dengan cek )”.
Dari kutipan di atas jelas bahwa dana ini hanya diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil yang tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan cek. Oleh sebab itu perusahan perlu menetapkan mata anggaran apa saja yang bisa dibayarkan dengan menggunakan kas kecil, dan mata anggaran apa saja yang tidak bisa dilakukan dengan menggunakan dana tersebut, karena tidak semua pengeluaran yang jumlahnya kecil layak dibayarkan dengan menggunakan dana kas kecil. Tetapi ada perkiraan-perkiraan karena alasan tertentu tidak dibayarkan dengan kas kecil, walaupun jumlahnya relatif kecil.
Dalam sebuah perusahaan yang sudah besar, fungsi dana kas kecil sangatlah penting untuk menunjang kelancaran aktivitas dari perusahaan, karena setiap pengeluaran yang relatif kecil tidak efektif jika dilakukan dengan menggunakan cek disebabkan penarikan cek memebutuhkan waktu yang lama. Akan tetapi dengan adanya dana kas kecil semua pengeluaran tersebut dapat dilakukan dengan segera. Biasanya pengeluaran yang termasuk dalam dana kas kecil itu sifatnya pengeluaran rutin. Adapun pengeluaran yang dilakukan dengan dana kas kecil adalah biaya-biaya:
- Biaya makan minum
- Biaya perlengkapan
- Biaya keperluan kantor
- Serta biaya-biaya lainnya.
Karena fungsinya yang demikian penting, maka pada perusahaan yang berukuran menengah besar, dana kas kecil ini sudah merupakan kebutuhan yang mutlak harus ada. Dapat dibayarkan betapa tidak efesiennya apabila dana kas kecil ini tidak disediakan anggarannya oleh perusahan tersebut, karena pada saat akan melakukan pengeluaran uang harus menunggu pencairan cek terlebih dahulu. Tapi kalau perusahaan tersebut menyediakan anggaran bagi dana kas kecil, maka setiap melakukan pengeluaran yang kecil-kecil tidak harus menunggu pencairan cek terlebih dahulu tetapi bisa langsung pembayarannya mengunakan dana kas kecil tadi.
Jumlah dana kas kecil yang tersedia ditangan juga tidak boleh terlalu besar jumlahnya, karena akan menyebabkan sejumlah dana yang menganggur dan juga dapat menimbulkan resiko kehilangan. Dengan adanya dana kas kecil yang jumlahnya sesuai kebutuhan, tentu aktivitas perusahaan dapat berjalan lancar.
Dalam mengelola dana kas kecil ada dua metode yang bisa digunakan yaitu Imprest Fund Method dan Fluctuation Method.
a. Imprest Fund Method
Pada sistem Imprest Fund, Baridwan ( 1992 ) mendefinisikan : ”Didalam sistem ini jumlah dana dalam rekening kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk untuk membentuk dana kas kecil ”
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diperjelas bahwa pada sistem Imprest Fund jumlah dana kas kecil selalu konstan dan tidak berubah-ubah. Biasanya kas kecil ini diisi dengan sejumlash uang yang telah ditetapkan untuk keperluan pembayarn-pembayaran selama jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu, dua minggu, ataupun sebulan. Bilamana jangka waktunya telah habis dan jumlah uang dalam kas kecil pun telah menipis, maka kas kecil diisi kembali dengan menarik dana dari kas besar sampai dengan jumlah dana yang telah ditetapkan besarnya. Untuk setiap pengisian kembali dana kas kecil, pemegagang kas kecil selalu melampirkan kas kecil serta bukti-bukti pendukungnya.
Walaupun secara teoritis ada dua sistem penggelolaan deana kas kecil, tetapi dalam kenyataanya hampir semua perusahaan yang telah membentuk dana kas, mengelolanya dengan sistem imprest dengan alasan untuk mempermudah pengawasan.
Dari penjelasan tersebut maka jelaslah bahwa dana kas kecil yang dikelola dengan sistem Imprest Fund menghasilkan beberapa keuntungan bagi pihak perusahaan yaitu untuk mempermudah pengawasan, perhitungan dan pertaggung jawaban (Accountabilities).
b. Fluctuation Method
Menurut Baridwan ( 1992 ) Fluctuation Method dikatakan ” Dalam sistem fluktuasi saldo rekening kas kecil tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisisan kembali dan pengeluran- pengeluaran dari kas kecil ”.
Dari definisi diatas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa Fluctuation Method merupakan suatu sistem penggeloalaan dana kas kecil yang saldo rekeningnya tidak tetap dan tergantung pada besar kecilnya pengeluaran yang terjadi untuk periode tertentu, misalnya dalam waktu dua minggu, sebulan dan sebagainya.
Pada sistem ini rekening kas kecil yang diselenggarakan harus menunjukkan saldo pada setiap saat sebesar jumlah dana kas kecil yang ada ditangan pemegang dana kas kecil.
Ada beberapa prosedur yang perlu dilakukan untuk melaksanakan dana kas kecil
a. Prosedur Pembentukan Dana Kas Kecil
Tahap pertama dalam menetapkan dana kas kecil adalah mentaksir jumlah dana yang diperlukan untuk kas kecil tersebut. Setelah jumlah ini ditentukan kita misalkan sejumlah Rp. 150.000,-, maka akan ditarik selembar cek untuk sejumlah dana tersebut dan dibuat pencacatan untuk dana kas kecil. Ayat jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
Kas kecil Rp. 150.000,-
Kas/Bank Rp. 150.000,-
Pencacatan yang dilakukan pada sistem Imprest Fund dan pada sistem fluctuation adalah sama yaitu dengan mendebet kas kecil dan mengkredit perkiraan kas atau bank ( yang dimaksud kas di sini adalah kas besar ).
b. Prosedur Pengeluaran Dana Kas Kecil
Untuk pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dengan dana kas kecil perlu dibuat bukti pengeluaran kas kecil ( petty cash record ). Tabel 1-1 memperlihatkan contoh bukti pengeluaran kas kecil (petty cash voucher ). Tabel 1-2 memperlihatkan contoh kas kecil (petty cash record).

MATERI KEARSIPAN

KEARSIPAN

Kearsipan Sistem Abjad (alphabetic filing system)
Pengertian Kearsipan Sistem Abjad
Adalah sistem penyimpanan dan penemuan kembali arsip berdasarkan abjad.
Contoh: Kearsipan Sistem Abjad.

Karton penyekat abjad Map ordner sistem abjad
Dalam penyusunannya setiap map (folder) menunjukkan nama korespondennya serta disusun berdasarkan abjad sesuai dengan warkat yang ada.

Sistem abjad ini merupakan sistem penyimpanan yang sederhana dan mudah dalam menentukan dokumen, dimana petugas bisa langsung ke file penyimpanan dan melihat huruf abjad, tanpa melalui alat bantu seperti indeks yang disebut juga dengan sistem arsip langsung (direct filing system)

Sistem abjad umumnya dipilih sebagai sistem penyimpanan arsip karena:
  1. Dokumen sering dicari dan diminta melalui nama.
  2. Petugas menginginkan agar dokumen dari nama yang sama.
  3. Jumlah langganan yang berkomunikasi banyak.
  4. Nama lebih mudah diingat oleh siapapun.
ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM ABJAD :
  1. Kode
    Adalah tanda atau simbol yang dibubuhkan pada lembaran warkat. Kode ditulis dengan pensil pada lembaran warkat sebagai pedoman penyimpanan.
  2. Indeks
    Suatu daftar atau tabel yang dipergunakan dalam pekerjaan kearsipan.
  3. Mengindeks
    Kegiatan membagi nama/judul atas beberapa unit.
  4. Unit
    Bagian terkecil dari suatu nama/judul.
  5. Kode Arsip
    Diambil dari abjad pertama dari unit pertama.
    Peraturan Mengindeks
    Dalam sistem abjad, biasanya yang di indeks dan diberi kode adalah nama orang, perusahaan, instansi pemerintah serta organisasi/perhimpunan.
    Peraturan Mengindeks dan Memberi Kode Nama Orang, dibedakan atas: Peraturan mengindeks nama orang Indonesia
  6. a.1. Nama Tunggal, yaitu nama yang terdiri dari satu kata diindeks sebagai mana nama itu ditulis.
    Contoh:
    a.2. Nama Ganda, adalah nama yang terdiri dari lebih satu kata diindeks berdasarkan nama akhir.
    Contoh:
    a.3. Nama keluarga, suku dan marga.
    Nama orang yang diikuti nama keluarga (Jawa), atau nama suku/marga/kaum (Minang, Batak, dll) diindeks berdasarkan nama keluarga, suku, marga, dll
    Contoh:
    a.4. Nama yang memakai singkatan di depan atau di belakang
    Contoh:
    a.5. Nama yang memakai gelar kebangsawanan, keagamaan, kesarjanaan dan kepangkatan.
    Contoh:
    a.6. Nama orang Indonesia dengan urutan kelahiran (orang Bali) diutamakan nama diri, diikuti urutan kelahiran dan gelar kalau ada.
    Contoh:
    a.7. Nama yang didahului nama Baptis, maka yang diindeks adalah nama aslinya.
    Contoh:
    a.8. Nama wanita yang diikuti nama suami, keluarga suami,atau nama orang tuanya termasuk nama yang memakai tanda hubung diutamakan nama suami, keluarga suami atau nama keluarganya.
    a.9. Nama yang memakai kata bin, binti, dan al. Diindeks menjadi satu nama dalam satu unit.
    Contoh:
    a.10. Nama orang yang masih memakai ejaan lama, diindeks berdasarkan nama dalam ejaan tersebut dan diberi Lembar penunjuk silang untuk melihat nama dalam ejaan baru
    Contoh:
    Peraturan mengindeks nama orang asing, yang dibedakan atas :

    b.1. Nama orang Barat, Jepang, India, Korea dan sejenisnya, diindeks berdasarkan nama keluarga dan biasanya terdapat setelah nama asli.
    Contoh:
    b.2. Nama orang Eropa yang memakai tanda penghubung, diindeks sebagai satu kata.
    Contoh:
    b.3. Nama ketiga (surname) orang barat yang diikuti dengan Prefiks (awalan) Seperti : A, D, Del, Dela, Des, L, Le, Mc, St, Fitzs, dll.
    Contoh:
    b.4. Nama orang Cina dan Korea. Diindeks tetap nama keluarga, karena nama keluarga berada di depan nama
    Contoh:
Peraturan Mengindeks dan Memberi Kode Nama Perusahaan
  1. Nama perusahaan pada umumnya
    Nama perusahaan, toko, kantor, yang diutamakan adalah nama yang dipentingkan baru diikuti jenis badan hukum atau kegiatannya.
    Contoh :

  2. Nama Bank atau Perusahaan yang disingkat harus diperpanjang kemudian diindeks sesuai nama.
    Contoh :

  3. Nama perusahaan yang terdiri dari angka dan nama perusahaan yang menggunakan huruf, dan yang memakai tanda penghubung.
    Contoh :


  4. Nama badan usaha yang bergerak dibidang pendidikan
    Contoh :

Peraturan Mengindeks dan Memberi Kode Instansi Pemerintah
  1. Nama Instansi/Lembaga Pemerintah
    Yang diindeks adalah nama pokok dari instansinya, sifat organisasinya ditempatkan dalam kurung, tapi bila sifat organisasi diiringi nama tunggal, maka sifat organisasi ikut diindeks mengutamakan nama pokok organisasi.
    Contoh :

  2. Nama Instansi Negara AsingDiindeks unit politik negara yang bersangkutan.
    Contoh :
    Peraturan Mengindeks dan Memberi Kode Nama Organisasi dan Perhimpunan
    Diindeks kata pengenal terpenting dari nama itu dan sifat organisasi ditempatkan pada unit terakhir.
    Contoh :
    Merancang Daftar Klasifikasi
    Dalam merancang klasifikasi abjad nama-nama dikelompokkan atas 4 kelompok, yaitu:
    a. Nama Perorangan
    b. Nama Perusahaan
    c. Instansi Pemerintah
    d. Nama Organisasi dan Perhimpunan
Setelah nama diindeks kemudian surat-surat diklasifikasikan berdasarkan abjad mulai dari A sampai Z, tapi bila terdapat sejumlah nama yang sama maka penyusunan dilakukan berdasarkan huruf kedua, ketiga dan seterusnya.

Contoh :
A, B, C,…………………………………Z

Aa, Ab, Ac, ……………………………Az

Aba, Abb, Abc, ………………………Abz

Aca, Acb, Acc, …………………………Acz
Bila nama-nama telah diindeks itu disusun dan dikelompokkan berdasarkan abjad, maka nama-nama tersebut dapat diurut sbb :
Aan,Jamaan Baenulhaq Carli Dahrul
Abas,Abdul Bainulhakim Carlianis Darman,Iskandar
Abbas,Yasir Badrianus Channe Dasman,Yusar
Abdul,Yadi Badri,Mutia Cherry,Retno Dirman,Asri
Jenis Perlengkapan Sistem Abjad
Jenis-jenis peralatan kearsipan sistem abjad adalah :
  1. Filling Cabinet


  2. Guide


  3. Map Folder


  4. Kotak Sortir


  5. Kartu Indeks

    Prosedur Penyimpanan Arsip
    Langkah-langkah/prosedur penyimpanan arsip:
    1. Pengumpulan Surat
    2. Surat-surat yang berasal dari berbagai unit organisasi dikumpulkan pada bagian
    kearsipan.
    3. Memeriksa
    Petugas memeriksa apakah surat memang sudah benar-benar akan disimpan, dengan
    melihat adanya tanda “perintah simpan” (release mark) yang diterapkan oleh atasan di
    atas surat bersangkutan. Atau petugas memang yakin bahwa surat sudah selesai
    diproses dan boleh disimpan.

  6. 4. Mengindeks
    Memilih nama yang akan dipakai sebagai identitas penyimpanan dan kemudian menguraikannya menjadi unit-unit untuk keperluan mengabjad.
    Untuk surat masuk, yang dapat diindeks adalah nama pengirim atau nama penandatangan surat.

    Contoh:
    Nama Badan Pengirim adalah PT Waringin, dan penandatangannya adalah Sukoco Katim, SH. Biasanya yang dipilih sebagai indeksnya adalah Nama Badan, karena cendrung tidak berubah dibanding dengan nama penandatangan surat, kecuali surat perorangan.

    Cara Mengindeks:
    PT.Waringin Indeks Waringin PT
    Surat ini akan disimpan pada abjad W dan label mapnya adalah W.
    5. Memberi Kode
    Pada langkah ini nama atau kata tangkap yang sudah diindeks sebagai unit-unit diberi tanda. Misalnya, lingkaran dengan warna merah dan angka 1 untuk unit 1,angka 2 untuk unit 2 dan angka 3 unit 3 dan seterusnya.

    Dengan adanya tanda ini petugas dapat menempatkan surat di dalam map yang sudah ada, atau membuatkan map individu baru bila surat-suratnya baru dipindahkan dari map campuran karena jumlah suratnya sudah lebih dari 5 pucuk.

    Dengan adanya tanda/kode juga memudahkan petugas mengembalikan surat ke dalam laci, bila surat keluar karena dipinjam.
    6. Menyortir Adalah mengelompokkan surat kedalam kelompok abjad masing masing, agar memudahkan petugas mengerjakan langkah terakhir yaitu menyimpan. Sortir ini penting untuk surat-surat yang banyak, kalau suratnya sedikit (tidak lebih dari 25 pucuk) tidak perlu dilakukan sortir. Dengan adanya sortir, petugas didalam menyimpan surat tidak perlu pulang-balik dari meja ke almari arsip, tapi dapat menyimpannya perkelompok abjad.
    7. Menempatkan arsip. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati hati. Kalau tejadi kekeliruan menempatkan surat pada map yang bukan seharusnya maka surat tersebut dapat disebut hilang. Bila volume surat yang disimpan cukup banyak, maka pencarian kembali akan sukar dilakukan.
8. Pemeliharaan, perawatan, penyiangan dan pemusnahan menurut peraturan yang
berlaku.
Prosedur Penemuan Kembali (Finding)
Jika ada pihak lain yang meminta/meminjam arsip yang disimpan, maka petugas arsip menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Menanyakan jenis arsip yang akan dipinjam.
  2. Menentukan kode berdasarkan nama yang telah di indeks.
  3. Mengambil arsip dari tempat penyimpanan dan menggantinya dengan bon pinjaman (out slip) bila yang dipinjam 1 lembar arsip. Jika yang dipinjam 1 folder harus dibuat out foldernya.

    Contoh surat out slip:



    Cara penyimpanan dan penemuan kembali arsip dalam lemari arsip sistem abjad.
    Misalnya:
    Surat diterima dari langganan Sukri Ahmad, diindeks menjadi Ahmad,Sukri
    Setelah diindeks kodenya adalah A atau Ah , maka surat di simpan di dalam laci A-Z, di belakang guide A, di dalam folder A.

    Jika kodenya dibuat Ah, maka surat dapat disimpan di dalam laci ABC, di belakang guide A, di dalam folder Ah .
    Atau di dalam laci A, di belakang guide A, di dalam folder Ah bagi yang membuat laci-laci sebanyak abjad. Begitu juga dalam penemuan kembali arsip.

  4. Menyerahkan arsip kepada peminjam
    Arsip yang diinginkan diberikan kepada peminjam.

MATERI ATURAN KALIMAT DALAM BAHASA KOREA

1. Aturan Pembuatan Kalimat

Dalam bahasa Korea, ada 4 macam aturan pembuatan kalimat:
1. S + KB
Contoh: 나는 학생이에요[naneun hagsaengieyo] = Aku adalah murid
2. S + P
Contoh: 나는 먹어요[naneun meogeoyo] = Aku makan
3. S + KS
Contoh: 나는 예뻐요[naneun yeppoyo] = Aku cantik
4. S + O + P 
Contoh: 나는닭고 요리해요[naneun dalk gogireul yorihaeyo = Aku memasak daging ayam
2. Partikel Utama
/ (ga/i) adalah partikel untuk pengenal (tidak ada yang lain selain si subjek)
/ (neun/eun) adalah partikel untuk pembuat topik 
/ (ga/gi) dan /(neun/eun) adalah partikel untuk subjek
 / (reul/eul) adalah partikel untuk objek
– (ga-neun-reul) digunakan untuk kata-kata yang tidak memiliki 받침[batchim] ,,,,,(konsonan di bawah)
 (i-eun-eul)digunakan untuk kata-kata yang memiliki 받침[ batchim ],,,(konsonan di bawah)
 Contoh:
학생이에요 =(naneun haksaeng-ieyo) Aku adalah seorang murid
- 사람 학생이에요(geu sarameun haksaeng-ieyo)= Orang itu adalah seorang murid
 - 치킨 먹어요(naega chikineul meogeoyo) = Aku (yang) makan ayam(nya)
 - 동생 우유 마셔요(dongsaengi uyureul masyeoyo) = Adik (yang) minum susu(nya)



3. Partikel Tambahan
(do) adalah partikel untuk penambahan
(e) adalah partikel untuk keterangan tempat atau waktu
으로/ (euro/ro) adalah partikel untuk keterangan cara atau alat atau tujuan
(man) adalah partikel “hanya”
[ro]digunakan untuk kata-kata yang tidak memiliki 받침 [ batchim] (konsonan di bawah)
으로[euro] digunakan untuk kata-kata yang memiliki 받침 - batchim (konsonan di bawah)
 
Contoh:
- 학생이에요(nado haksaeng-ieyo)= Aku juga adalah seorang murid
- 아침 나는 요리해요(achime naneun yorihaeyo) = Aku masak di pagi hari
- 나는 으로 돌아가요(naneun jibeuro doragayo) = Aku kembali pulang ke rumah
- 나는 비행기 서울에 가요naneun bihaenggiro seoul(r)e gayo) = Aku pergi ke Seoul (dengan) naik pesawat
(- 나만텔레비을봐요 = Hanya aku (yang) menonton TV (naman thelebichoneul bwayo)

4. Partikel “kepada” dan “dari”
/에게/한테 (kke/ege/hante) adalah partikel “kepada”
으로부터/로부터/에게서/한테서  (eurobuteo/robuteo/egeseo/hanteseo) adalah partikel “dari”
/으로부터/로부터(kke/eurobutheo/robutheo = digunakan untuk orang yang lebih tua (sopan)
에게/에게서(ege/egeseo) = digunakan untuk orang yang seumuran atau lebih muda (formal)
한테/한테서 (hanthoseo) = digunakan untuk orang yang seumuran atau lebih muda (informal)
Contoh:
아버지 선물을 드려요(abeojikke seonmul(r)eul deuryeoyo) = Aku memberi hadiah kepada ayah
 아빠에게 선물을 드려요(appaege seonmul(r)eul deuryeoyo) = Aku memberi hadiah kepada ayah
 - 언니한테 선물을 줘요 = Aku memberi hadiah kepada kakak (eonnihante seonmul(r)eul jwoyo)
대통령으로부터 상을 받아요(daethongr(n)yeongeurobuteo sangeul badayo) = Aku mendapat penghargaan dari presiden
 - 엄마에게서 선물을 받아요(eommakeseo seonmul(r)eul badayo)= Aku mendapat hadiah dari ibu
 - 언니한테 선물을 받아요(eonnihanteseo seonmul(r)eul badayo) = Aku mendapat hadiah dari kakak

5. Kalimat Tanya 5W1H
Kapan: 언제 (eonje)
Ke mana: 어디 (eodi) 
Siapa: 누가 (nuga) / 누구 (nugu)
Apa: 뭐가 (mwoga)
Bagaimana: 어떻게 (eoddeohke)
Mengapa: (wae)
*누가 (nuga)biasa dipakai sebagai subjek
 Contoh:
 
- 언제 가요? = Kapan kamu pergi? (eonje gayo?)  
- 어디 가요? = Ke mana kamu pergi? (eodi gayo?) 
- 누가 가요? = Siapa yang pergi? (nuga gayo?) 
 - 뭐가 가요? = Apa yang pergi? (mwoga gayo?) 
 - 어떻게 가요? = Bagaimana kamu pergi? (eoddeohke gayo?) 
 - 가요? = Mengapa kamu pergi? (wae gayo?) 

6. Kalimat Formal, Kalimat Biasa, dan Kalimat Informal
Kalimat formal biasanya dipakai untuk orang yang lebih tua dan dihormati, seperti pimpinan, pejabat, orang tua, kepala sekolah, dll
- ㅂ니다 (b nida)digunakan untuk kata-kata yang tidak memiliki 받침 - batchim (konsonan di bawah)
- 습니다(seumnida) digunakan untuk kata-kata yang memiliki 받침 - batchim (konsonan di bawah)
Kalimat biasa bisa dipakai ke semua orang tetapi biasanya dipakai untuk orang yang lebih tua (baru kenal ataupun sudah kenal tapi belum akrab), orang tua, teman, kakak kelas, dll
- /어요 (-a/eoyo) digunakan untuk kata-kata yang  memiliki 받침 - batchim (konsonan di bawah)
- (-yo) digunakan untuk kata-kata yang tidak memiliki 받침 - batchim (konsonan di bawah)
Kalimat informal biasa dipakai untuk orang yang lebih muda, anak2 kecil, teman seumur, atau yang lebih tua tapi sudah akrab, orang tua, dll
- / (a/eo)
Tata cara penggunannya adalah berdasarkan kata dasar (yang masih pake –da). 
Misalnya:
자다 - jada - tidur diubah menjadi 잡니다 (jamnida) - 자요 (jayo) - (ja)
먹다 - meogda - makan diubah menjadi 먹습니다 (meogseumnida) - 먹어요 (meogeoyo) - 먹어 (meogeo)
7. Perubahan Kata Dasar
Semua kata kerja / kata sifat yang berakhiran (da) merupakan bentuk kata dasar, yang biasa dipakai dalam kalimat informal. Untuk kalimat biasa, kata dasar tersebut haruslah diubah terlebih dahulu dengan berbagai ketentuan:
- Vokal akhir /a dan /o  maka + 아요/ayo
Jika ada 받침 - batchim maka penggabungannya hanya tinggal menambahkan saja tanpa mengalami perubahan pada vokal akhir kata kerja / kata sifat.
Misal:
가다 = gada = pergi,  da hilang , vokal akhir /a,  tanpa batchim -> /ga + 아요/ayo = 가요 (gayo)
놀다 = nolda = main, da  hilang , vokal akhir /o , ada badchim /l -> /nul + 아요/ayo = 놀아요 (norayo)
앉다 = anjda = duduk, da hilang , vokal akhir /a , ada badchim -> /anj + 아요ayo = 안자요 (anjayo)
Vokal akhir , , , (eo,I,eu,u)  maka + 어요/eoyo
Jika ada 받침 - batchim maka penggabungannya hanya tinggal menambahkan saja tanpa mengalami perubahan pada vokal akhir kata kerja / kata sifat.
Misal:
배우다 = baeuda = belajar, da hilang , vokal akhir u,  tanpa batchim -> 배우/baeu + 어요/eoyo = 배워요 (baewoyo)
마시다 = masida = minum, da  hilang , vokal akhir /i , tanpa batchim -> 마시/masi + 어요/eoyo = 마셔요 (masyeoyo)
먹다 = meogda = makan, da  hilang , vokal akhir /eo, ada batchim /g -> /meog + 어요/eoyo = 먹어요 (meogeoyo)
듣다 = deudda = mendengar, da hilang , vokal akhir /eu , ada badchim /d ( batchim spesial /d  akan berubah menjadi batchim /l) -> /deud+ 어요/eoyo = 들어요 (deureoyo)
예쁘다 = yeppeuda = cantik, da hilang , vokal akhir /eu , tanpa batchim -> 예쁘/yeppeu + 어요/eoyo = 예뻐요 (yeppeoyo)
- Kata berakhiran 하다/hada -> 해요/haeyo
Walaupun 하다 (hada) berakhiran /a, dalam perubahan kata dasar, semua kata berakhiran 하다/hada akan berubah menjadi 해요 (haeyo).
Misal: 
사랑하다 = saranghada = mencintai, da hilang  -> 사랑해요 (saranghaeyo)
공부하다 = gongbuhada = belajar, da  hilang  -> 공부해요 (gongbuhaeyo)

8. Bentuk Past.
Semua kata kerja / kata sifat yang berakhiran (da) merupakan bentuk kata dasar, yang biasa dipakai dalam kalimat informal. Untuk kalimat biasa, kata dasar tersebut haruslah diubah terlebih dahulu sedangkan untuk kalimat yang sudah lampau (past tense) kata2 dasar ini tetap harus diubah menjadi bentuk kalimat biasa baru ditambah dengan ss sebelum 어요 (eoyo)
Misal:
사랑하다 = saranghada = mencintai, da  hilang  -> 사랑해요(saranghaeyo) + /ss -> 사랑했어요 (saranghaesseoyo)
자다 = jada = tidur, da  hilang , vokal akhir /a,  tanpa batchim -> /ja + 아요ayo = 자요 (jayo) + /ss -> 잤어요 (jasseoyo)
앉다 = anjda = duduk,  hilang , vokal akhir /a , ada badchim /j -> /anj + 아요/ayo = 안자요 (anjayo) + ss -> 앉았어요 (anjasseoyo)